Alergi adalah respon imun sekunder yang disebabkan oleh adanya senyawa tertentu (disebut alergen) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.Alergen umumnya berupa protein terlarut atau glikoprotein yang berasal dari beberapa jenis sumber alergen a.l: protein dari tepung sari, bisa serangga, spora jamur, cacing, tungau, vaksin dan obat serta makanan (ikan, udang, putih telur, susu dll.). Reaksi alergi tidak terjadi pada semua individu tetapi hanya terjadi pada individu tertentu yang secara genetis alergi terhadap suatu alergen.Reaksi
alergi oleh protein lateks dapat terjadi melalui kontak kulit atau
mukosa dan berlangsung cepat yaitu dalam beberapa menit sampai beberapa
jam setelah penderita terpapar antigen yang ditandai gejala pembengkakan atau kulit memerah, hidung dan mata berair, kram perut, sulit bernafas, tekanan darah menurun dan pasien mengalami guncangan (anafilaksis) yang berpotensi menimbulkan kematian.
Alergi
merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan
pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.Berlebihan karena
bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi.Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan.Bahan-bahan alergi disebut "allergens".Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari,
tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.Untuk mengerti bahasa alergi
adalah sangat penting untuk mengingat bahwa allergens adalah bahan-bahan yang asing terhadap tubuh dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu.
Ketika allergen bersentuhan dengan tubuh, dia menyebabkan sistim imun untuk mengembangkan reaksi alergi pada orang yang alergi terhadapnya. Ketika anda bereaksi secara tidak sesuai pada alergen yang
umumnya tidak berbahaya pada orang-orang lain, anda mempunyai reaksi
alergi dan dapat dirujuk sebagai alergi atau atopik. Oleh karananya,
orang-orang yang cenderung mendapat alergi disebut alergi atau atopik.
Dokter anak austria bernama Clemens Pirquet (1874-1929) pertamakali menggunakan istilah alergi. Ia merujuk pada kedua imunitas yang menguntungkan dan hipersensitifitas yang berbahaya sebagai alergi. Kata alergi berasal dari kata-kata Greek "allos," yang berarti berbeda atau berubah dan "ergos," berarti bekerja atau beraksi. Alergi secara garis besar dirujuk sebagai "reaksi yang berubah".Kata alergi pertama kali digunakan pada tahun 1905 untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang merugikan dari anak-anak yang diberikan suntikan-suntikan berulang dari serum kuda untuk melawan infeksi.Tahun berikutnya, istilah alergi diusulkan untuk menerangkan kereaktifan yang berubah yang tidak diharapkan ini.
Fakta-fakta Alergi
· Diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika dipengaruhi oleh kondisi-kondisi alergi.
· Biaya dari alergi di Amerika adalah lebih dari US$ 10 milyar setiap tahunnya.
· Alergi rhinitis (alergi hidung) mempengaruhi sekitar 35 juta penduduk Amerika, 6 juta darinya adalah anak-anak.
· Asma mempengaruhi 15 juta penduduk Amerika, 5 juta darinya adalah anak-anak.
· Angka dari kasus-kasus asma berlipat ganda selama 20 tahun terakhir.
Penyebab alergi
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
1. Faktor genetik
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita .Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang
menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar
17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat
menjadi 53 - 70%. Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus
mengetahui bagaimana gejala alergi pada orang dewasa.Gejala alergi pada
orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi
tubuh.Adapun manifestasi klinik alergi pada dewasa dapat dilihat pada
tabel 1. Bila terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa
diketahui penyebab pasti keluhan tersebut maka kecurigaan mengalami
reaksi alergi semakin besar.
2. Imaturitas usus
Secara
mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergen ke dalam tubuh.Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi allergen.Secra imunologik sIgA pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal
allergen masuk ke dalam tubuh.Pada usus imatur system pertahanan tubuh
tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen
masuk ke dalam tubuh.
3. Pajanan alergi
Pajanan alergi yang
merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam
kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin,
gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi.Pemberian
ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan mempertahankan tubuh melawan zat-zat yang berbahaya seperti bakteri, virus dan racun.Kadang suatu respon kekebalan dipicu oleh suatu zat (alergen) yang biasanya tidak berbahaya dan terjadi alergi.Penyebab dari alergi makanan tidak sepenuhnya dimengerti karena alergi makanan bisa menimbulkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Reaksi terhadap makanan bisa bersifat ringan atau fatal, tergantung
kepada jenis dan beratnya reaksi.Alergi makanan sering terjadi.Sistem
kekebalan melepaskan antibodi dan zat-zat (termasuk histamin)
sebagai respon terhadap masuknya makanan tertentu. Gejalanya bisa
terlokalisir di lambung dan usus atau bisa menimbulkan gejala di
berbagai bagian tubuh, setelah makanan dicerna dan diserap, Gejala
biasanya akan timbul dengan segera, jarang sampai lebih dari 2 jam setelah makan makanan tertentu. Alergi makanan seringkali menyerupai keadaan lainnya, seperti intoleransi makanan (terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tertentu), irritable bowel syndrome, respon terhadap stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun (keracunan makanan)
dan penyakit lainnya.Alergi makanan berbeda dengan penyakit-penyakit
tersebut karena pada alergi makanan dilepaskan antibodi, histamin dan
zat-zat lainnya.
Makanan yang seringkali menyebabkan alergi:
- kerang-kerangan (kepitin, lobster, udang)
- kacang-kacangan
- kacang tanah
- buah-buahan (melon, strawberi, nanas dan buah tropis lainnya)
- tomat
- pewarna, penyedap makanan.
Makanan yang sering menyebabkan intoleransi:
- terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
- protein susu sapi
- hasil olahan jagung.
GEJALA
Gejala-gejala yang mungkin terjadi setelah memakan makanan penyebab alergi:
- tenggorokan terasa gatal
- anafilaksis
- nyeri perut
- perut keroncongan
- diare
- mual
- muntah
- kram perut
- perut kermbung
- rasa gatal di mulut, tenggorokan, mata, kulit atau bagian tubuh lainnya
- kaligata (urtikaria
- angioedema (kaligata di kelopak mata, bibir)
- sakit kepala
- hidung tersumbat
- hidung meler
- sesak nafas
- bengek (mengi)
- kesulitan menelan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan timbulnya gejala-gejala setelah penderita memakan makanan tertentu.
Pada pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop bisa terdengar bunyi pernafasan mengi.Peningkatan antibodi atau immunoglobulin (terutaman IgE) semakin memperkuat diagnosis alergi. Untuk menentukan penyebab terjadinya alergi, bisa dilakukan pemeriksaan berikut:
§ Penyisihan makanan (makanan yang
dicurigai disingkirkan sampai gejalanya menghilang, setelah itu makanan
tersebut kembali diberikan kepada penderita untuk melihat apakah terjadi
reaksi alergi)
§ Diet provokasi makanan
§ Tes kulit untuk alergi.
PENGOBATAN
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala.
Tujuan pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan datang. Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian.
Antihistamin bisa meringankan berbagai gejala.Untuk gejala yang berat, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dan epinefrin (adrenalin).
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya reaksi alergi di masa yang akan datang adalah dengan menghindari makanan penyebab alergi.
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit.
Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Pada
permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan
bahwa suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan
(menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.
Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun
pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain.
Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan
petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis.
Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari
cendawan tersebut menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut
kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali
sebagai Penicillium notatum.
Walaupun
secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun
pada kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat
tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh FleminG.
Antibiotik adalah segolongan senyawa yang berasal dari makhluk hidup , yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Antibiotik adalah substansi kimia alamiah hasil metabolisme sekunder mikroorganisme, yang
mempunyai kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun membunuh
mikroorganisme lain. Definisi tersebut sangat terbatas, karena sekarang banyak molekul yang
diperoleh melalui sintesis kimia, mempunyai aktivitas terhadap
mikroorganisme. Sekarang istilah antibiotika berarti semua
substansi baik yang berasal dari alam maupun sintetik yang
mempunyai toksisitas selektif terhadap satu atau beberapa mikroorganisme
tujuan, tetapi mempunyai toksisitas cukup lemah terhadap inang
(manusia, hewan, atau tumbuhan) dan dapat diberikan melalui jalur umum.
Walaupun masa jaya penemuan antibiotika telah berlalu, dimulai sejak
tahun 1939 sampai 1959, tetapi penelitian dibidang ini bangkit kembali
sejak tahun 1965 dengan penemuan antibiotika semisintetik seperti β-laktamin.
Masa kini, bioteknologi antibiotika diarahkan untuk menemukan
antibiotika baru dengan mengeksploitasi dunia mikroba, mencari galur yang beragam dari habitat yang
beragam, seleksi galur dan perbaikan genetik, tekhnik media dan kultur,
biosintesa molekul, fisiologi produksi antibiotika dan optimalisasi,
serta modelisasi fermentasi industri. Disamping itu digalakkan mencari antibiotika yang dapat mengatasi AIDS, HIV dan virus hepatitis B (Sudirman, 1994).
Didalam
tubuh kita ada bakteri yg baik dan ada juga bakteri yg jahat, yg
jumlahnya secara alami dapat berimbang. Namun menjadi tdk berimbang
ketika kita mempengaruhinya dg berbagai zat yg kita masukan ke dalam
tubuh. Ketidak seimbangan tersebut akan membuat gangguan bagi organ
tertentu yg membutuhkannya.
Disamping
bakteri juga kita memiliki system yg mengatur pasukan penyelamat diri
terhadap serangan baik itu bakteri, kuman, jasad renik mau pun virus dan
plasmodium, yg kemudian tercatat dlm system kekebalan tubuh, baik pola
penyerangan mau pun bagaimana sang tubuh harus bertindak utk
menyelamatkan tubuh dari serangan tersebut.
Kalau setiap tubuh mengalami gangguan, sebagai akibat dari penyerangan dari luar tubuh, dan kemudian sang sytem kekebalan bereaksi baik untuk mendeteksi pola, mau pun melakukan cara penyelamatan tubuh dari
serangan, tetapi kemudian kita interfrensi dg mengumpankan antibiotik,
maka tentu saja kerja system kekebalan akan tdk sempurna menemukan baik
apa yg menyerang tubuh, mau pun bagaimana menanggulanginya.
Jenis Antibiotik
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, yaitu :
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun dengan tujuan yang
sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu
mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam
organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik
sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.
a) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-transpeptidase yang
memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis
karena ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase
dan autolysins yang mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk
sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya efektif terhadap
bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar (outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu menembus dinding peptidoglikan.[7]
b) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan antibiotik bakterisidal yang
menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit
seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus.
Namun karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga
paling lama digunakan telah membawa dampak resistansi bakteri terhadap
antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap digunakan selain karena
harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
c) Polypeptida
meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis
dinding sel. Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan
Vancomycin digunakan untuk bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri gram negatif.
d) Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel
bakteri. Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP
(Penicillin Binding Protein) yang akan berikatan dengan
D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan peptidoglikan.
Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya
sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat
e) Ampicillin memiliki mekanisme yang
sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan, hanya saja Ampicillin
mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini
disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya
mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram negatif.
f) Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal yang
digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan
Methicillin dan Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi) terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.
g) Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.
a) Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara masuk melalui porins dan
menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga dengan demikian akan
menghambat replikasi dan transkripsi DNA.[10] Quinolone lazim digunakan untuk infeksi traktus urinarius.
b) Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara berikatan dengan β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNA dan pada akhirnya sintesis protein.[11] Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies Mycobacterum.
c) Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam tipus.
d) Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan Lincosamides adalah Clindamycin.
e) Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek menghambat sintesis DNA.
a) Macrolide,
meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian
akan menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk
sintesis protein. Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam
konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide
biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat
terjadinya infeksi.[12] Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus.
b) Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang
berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein.
Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram
negatif.
c) Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari
situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi
protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu
menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan
hati.
d) Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
4. Antibiotik yang
menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan
Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium
intrasel sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan
kebocoran sel.[14]
5. Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.
a)
Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor
kompetitif terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan
dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan tidak terbentuknya asam
tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat merupakan bentuk aktif
asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis di
antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan
protein. Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis.
b) Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).
c) Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang
dikenal sebagai purin-antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu
jalannya metabolisme bakteri dengan cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.