Urutan-urutan
sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama
yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti di
bawah ini:
|
||||||
1. Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong) | ||||||
|
||||||
2. Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya | ||||||
|
||||||
3. Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan | ||||||
Ista Dewata artinya Dewata yang diingini
hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan
Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut: |
||||||
|
||||||
4. Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah | ||||||
|
||||||
5. Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong) | ||||||
|
||||||
Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirta dan bija |
Bunga dan kawangen adalah lambang kesucian, karena itu perlu
diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika pada saat sembahyang
tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga (kemabang). Bunga
yang tidak baik dipersembahkan menurut AGASTYAPARWA adalah:
"Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Hyang Widhi, yaitu bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncanng, bunga yang berisi semut bunga yang layau atau yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh dikuburan. Itulah bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang-orang baik"
Dupa
Apinya dupa adalah simbol Sangyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.
TIRTHA
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka. Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.
Bija atau Wija
Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija Bhatara Siwa. Kumara ini adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Dengan demikian "Mawija" (Mabija) mengandung pengertian menumbuhkembangkan benih ke-Siwaan yang bersemayam didalam diri kita. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ditanam di tempat yang bersih dan suci, maka itu pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah metirtha.
"Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Hyang Widhi, yaitu bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncanng, bunga yang berisi semut bunga yang layau atau yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh dikuburan. Itulah bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang-orang baik"
Dupa
Apinya dupa adalah simbol Sangyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.
TIRTHA
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka. Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.
Bija atau Wija
Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija Bhatara Siwa. Kumara ini adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Dengan demikian "Mawija" (Mabija) mengandung pengertian menumbuhkembangkan benih ke-Siwaan yang bersemayam didalam diri kita. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ditanam di tempat yang bersih dan suci, maka itu pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah metirtha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar